JAKARTA (DP) – Menghadapi 2019 dan di tengah kian ketatnya persaingan, PT Astra International Tbk (ASII) tentu menyiapkan berbagai strategi untuk memenangi persaingan.
Namun demikian, perusahaan yang bergerak di berbagai bisnis ini, termasuk otomotif, tetap fleksibel dalam mempersiapkan belanja pada 2019. Dengan asumsi tidak memiliki investasi besar, ASII menyebut investasi konsolidasi pada 2019 sekitar Rp20 triliun.
Biasanya capex ASII tiap tahun diumumkan saat kinerja full year tahun sebelumnya sudah keluar. Jadi proyeksi capexnya sudah berdasarkan pencapaian paling update dari tahun sebelumnya.
Normalnya, ASII menggunakan capex di kisaran Rp13 triliun hingga Rp15 triliun untuk belanja modal konsolidasi tiap tahunnya. Namun, untuk tahun lalu kemungkinan sekitar Rp22 triliun, bahkan bisa lebih karena ada akuisisi Tambang Martabe oleh anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR) yang nilai investasinya sebesar Rp17 triliun.
Maka, bisa saja tahun ini capexnya turun lagi karena tidak ada investasi besar, sehingga kembali lagi ke sekitar Rp20 triliun. Sedangkan dari sisi pengembangan portofolio bisnis, tahun ini kemungkinan ASII akan mencari bisnis baru yang sizeable karena aset Astra sudah besar.
Pada tahun lalu, ASII berinvestasi di sektor digital, melalui investasi di Go-Jek dengan nilai investasi sebesar Rp2 triliun. ASII juga membentuk joint venture dengan mendirikan Astra Welab. Di perusahaan ini, Astra lewat PT Sedaya Multi Investama menggenggam 60% saham dengan modal dasar pendirian perusahaannya sebesar US$21 juta.
Sedangkan analis BCA Sekuritas, Pandu Anugrah, mengatakan ASII membukukan kenaikan pendapatan 16,41% menjadi Rp174,88 triliun di kuartal III 2018.
“Untuk laba bersih, emiten ini mencatat kenaikan menjadi Rp17,07 triliun atau sebanyak 20,55% dari capaian periode yang sama tahun lalu,” katanya dalam risetnya.
Pandu merekomendasikan buy untuk saham ASII dengan target harga Rp9.500. [DP/TGH]