BOGOR (DP) – Usia bagi seseorang memang tidak jadi halangan untuk bisa terus berkarir dan berprestasi. Hal inilah yang nampaknya ditunjukkan oleh Sukartono, yang tahun ini kembali mengikuti ajang Indonesia Sentul Series of Motorsport (ISSOM), khususnya di kelas ETCC 2000.
Meski hasil maksimal belum tercapai di seri pembuka pada Minggu (7/4) lalu, namun di hatinya tidak ada kata menyerah. Optimisme untuk bisa meraih podium di setiap seri terus menerus mengiang di benak pria berusia 60 tahun tersebut.
Terjun di kelas ETCC 2000 Master, pria yang tergabung dalam BNI E30 Register Racing Team ini hanya mampu meraih podium keempat dari enam peserta yang ikut di ajang itu.

Hasil ini disebutkannya sudah cukup, melihat berbagai faktor yang diyakininya belum maksimal, terutama pada seting mesin dan suspensi yang dirasa masih kurang mumpuni saat digeber di lintasan.
Selain itu, Sukartono mengatakan usai melakoni balap jalan raya (street race) di kawasan BSD City tahun lalu, bodi mobil mengalami rusak parah pasca terjadinya tabrakan. Dan itu menurutnya butuh penanganan khusus.
“Bodi mobil hancur sehingga harus dibangun lagi. Mesin yang kemarin juga saya rasa sudah terlalu lelah, jadi kita refresh dengan mengganti beberapa komponen yang dibutuhkan saja. Begitu juga dengan suspensinya,” ujar Sukartono.

Sukartono mengaku suspensi yang rencananya diganti baru urung dilakukan seluruhnya karena hilang jelang dipasang. Sementara suspensi yang digunakannya saat balapan merupakan pinjaman.
“(Suspensi) Seadanya karena pinjaman, karena itulah jadinya kurang maksimal bahkan terbilang berantakan. Kondisi mesin ‘percobaan’ membuat gap dengan pebalap di depan juga cukup jauh,” lanjutnya saat ditemui Dapurpacu.id usai balapan.
Melirik peta persaingan, Sukartono jelas mengatakan sama seperti tahun sebelumnya, dimana perolehan waktu tiap pebalap sekitar 1:50, sementara hasil yang dicapainya lebih dari itu.

Dia pun berharap mesin bisa kembali ke performa yang diinginkan, begitu juga dengan suspensi sesuai yang direncanakan. Toh menurutnya baru seri pertama, masih banyak waktu untuk bisa merubah itu semua.
“Dua faktor itu yang bakal kami tekuni lebih dalam lagi. Dan saya melihat persaingan di seri pembuka cukup seru, menantang lah pokoknya dengan jarak waktu yang saling berdekatan,” pungkasnya.
Sukartono bertekad untuk terus menekuni kelas yang digelutinya saat ini, yakni ETCC 2000 – Master. Sebagai informasi, Sukartono telah mengantongi juara umum di tahun 2016 dan 2017. [dp/MTH]