Sering Macet-Macetan, Periksa Selalu Komponen Mobil ini

DAPURPACU – Meski dibayang-bayangi kasus Covid-19 varian Omicron yang masih tinggi, kondisi lalu lintas sudah terbilang ramai bahkan tergolong padat.

Hal ini berarti kemacetan juga mulai dirasakan kembali karena volume kendaraan di jalan sudah berangsur normal seperti sebelum pandemi. Sepanjang Februari 2020 lalu tercatat, rata-rata kecepatan kendaraan di Jakarta pada jam macet direntang 25 – 33 km/jam.

Kemudian di akhir 2021, menurut skor indeks lalu lintas Asia Tenggara, rata-rata diperlukan waktu 52,88 menit untuk para pengendara di Jakarta melakukan satu kali perjalanan.

Menurut Asosiasi Otomobil Amerika Serikat (AAA), berkendara dalam kondisi stop and go akibat lalu lintas padat juga termasuk dalam kategori severe driving atau mengemudi dalam keadaan yang parah atau tidak ideal, termasuk mengemudi dalam cuaca ekstrem.

National Sales Manager PT Hankook Tire Sales Indonesia, Apriyanto Yuwono memaparkan, mobil harus bekerja lebih ekstra saat digunakan di kondisi jalanan yang macet.

Sebab mesin, transmisi dan rem harus berhenti dan bekerja secara tiba-tiba. Kondisi ini juga menuntut kinerja lebih keras pada ban, dan disinyalir tapak ban mengalami keausan dini.

“Stop and go dapat mempengaruhi sirkulasi udara pada bagian mesin, sistem transmisi dan pengereman yang dapat mengakibatkan terjadinya overheating,” kata Apriyanto.

Saat mobil dalam kondisi berhenti dan berjalan terus-menerus, mesin tidak dalam kondisi optimal untuk mengeluarkan sisa produk pembakaran asam dan bahan bakar yang sudah terpakai.

Baca juga:  Petinggi Hankook Kunjungi Pabrik dan Mitra Bengkel di Indonesia

Kedua sisa endapan tersebut dapat menyebabkan penyumbatan pada bagian injektor bahan bakar dan mengakibatkan kerusakan dini pada mesin mobil.

Untuk mencegah dan mengatasi potensi kerusakan lebih besar, pemilik perlu cermat dalam merawat mobil demi menjaga kondisi mesin agar tetap optimal serta memperpanjang usia pemakaian komponen-komponen lainnya.

Selalu rutin mengganti oli mesin untuk menjaga mobil tetap optimal.

Sejumlah tips perawatan ini juga perlu dilakukan apabila mobil digunakan secara rutin setiap harinya. Berikut pemaparannya:

1. Selalu memeriksa dan mengganti oli mobil secara rutin mengikuti anjuran pedoman peralatan asli (OEM). Mengganti oli secara berkala dapat membantu pergerakan mesin mobil yang lebih halus sehingga dapat mencegah terjadinya keausan hingga overheat pada mesin.

Posisi stop dan go dapat mengakibatkan pergesekan yang terjadi antara komponen mesin, yang dapat diatasi dengan pemilihan oli atau pelumas sesuai dengan tipe mobil.

2. Pemilik mobil diarahkan untuk selalu melakukan pengecekan pada bagian sistem transmisi. Dalam hal ini kopling sebagai salah satu bagian yang menghubungkan antara putaran mesin dengan transmisi, menjadi bagian yang membutuhkan ekstra perawatan.

Pada mobil manual, kopling menjadi bagian yang bekerja keras saat melakukan perpindahan gigi, terutama saat mobil berubah dari keadaan berhenti ke kondisi berjalan.

Baca juga:  Petinggi Hankook Kunjungi Pabrik dan Mitra Bengkel di Indonesia

Sementara pada mobil matik, sistemnya yang sudah otomatis. Untuk menjaga kondisi kopling tetap optimal, pemilik mobil dianjurkan memindahkan transmisi ke N saat berhenti di tengah kemacetan.

Untuk transmisi manual, usahakan selalu hindari menginjak pedal kopling setengah, karena dapat mengakibatkan kopling menjadi cepat aus, atau yang lebih berbahaya dapat menyebabkan kebakaran.

3. Selalu periksa kondisi rem mobil secara berkala. Kondisi mobil yang berhenti dan berjalan secara terus-menerus membuat menipisnya kanvas rem, yang diakibatkan suhu tinggi dan gesekan saat mobil berhenti.

Jika tidak segera diganti, hal ini dapat berakibat fatal seperti rem blong atau bahkan kecelakaan seperti tabrakan beruntun.

“Saat kondisi stop and go, kinerja rem banyak dibantu tapak ban khususnya yang dibekali cengkeraman dan traksi optimal. Maka dari itu selain merawat sistem pengereman, penting juga untuk selalu memperhatikan komponen tambahannya, yakni ban mobil,” jelas Apriyanto.

Agar dapat mengurangi laju kendaraan dengan sempurna, tekanan angin dari tiap ban harus selalu seimbang dan sesuai yang dianjurkan. Ban dengan tekanan angin berlebih akan mengurangi kemampuan cengkeraman, yang dapat mempengaruhi traksi atau kontak dengan permukaan jalanan menjadi tidak optimal.

Akibatnya mobil akan menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. Sementara jika ban kurang angin maka akan berdampak boros pada konsumsi bahan bakar, apalagi jika mobil banyak melakukan pengereman.

Baca juga:  Petinggi Hankook Kunjungi Pabrik dan Mitra Bengkel di Indonesia

Struktur ban juga menjadi lebih rentan rusak, akibat beban yang ditanggung mobil tidak sepadan dengan tekanan ban.

Pengecekan kondisi ban bisa dengan melihat tread wear indicator pada dinding ban.

Selain memeriksa tekanan angin secara berkala, para pemilik mobil juga harus memastikan tepak ban tidak dalam keadaan aus atau yang kerap disebut ban botak.

Ban botak tidak hanya menurunkan kualitas pengereman dan traksi mobil, tetapi juga berakibat pada mobil tergelincir hingga yang lebih fatal seperti pecah ban.

Sebagai informasi, Hankook Tire Indonesia menghadirkan rangkaian produk ban demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara sehari-hari, salah satunya Ventus Prime3.

Ban khusus mobil penumpang ini dilengkapi tiga rib tapak yang lebar dan kuat, cocok untuk pengemudian jarak jauh. Pola tapak ban khusus yang menyebarkan bidang sentuh saat melakukan pengeraman, sehingga cengkeraman yang dihasilkan lebih optimal.

Ventus Prime3 juga dapat digunakan dalam kondisi medan jalanan kering dan basah, serta memiliki keausan yang merata sehingga meminimalisir pola garis ban rusak parah.

Produk-produk Hankook tersedia di seluruh jaringan distributor Hankook yang tersebar hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia. [dp/MTH]

Previous articleBidik Segmen Lebih Luas, Triumph Motor Indonesia Luncurkan 5 Model Baru
Next articleDAM Tantang Anggota Honda Community Bikin Video Review Motor ini