Pengujian Alat Ukur Oktis 2 vs CFR Engine, Lebih Akurat Mana?

DAPURPACUID – Dalam kurun waktu belakangan ini, dunia otomotif digemparkan dengan adanya pengoplosan bahan bakar (BBM) yang dilakukan oleh perusahaan ‘plat merah’.

Adapun dampak dari kejadian tersebut tentunya pada sektor performa, sehingga ada beberapa kasus yang harus dilakukan pengurasan pada tangki bahan bakarnya.

Namun, apakah data dari penurunan angka Research Octane Number (RON) pada BBM yang dimasukan ke dalam tangki bahan bakar sudah sesuai atau bahkan berbeda?

Untuk itu, Otohub.co berkolaborasi dengan pakar Bahan Bakar Minyak dari Institut Teknologi Bandung, Dr. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, melakukan uji akurasi alat ukur RON menggunakan Oktis-2.

Tujuan utama dari pengujian ini yaitu dalam upaya memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pengukuran RON bahan bakar. Uji coba dilakukan pada 12 sampel bensin dari berbagai merek dan level RON.

Adapun merek BBM yang digunakan berasal dari tiga perusahaan berbeda yang berbeda saat ini di Indonesia, dengan level RON mulai dari 90, 92, 95 dan 98.

“Pengujian ini sekaligus membuktikan apakah pengukuran RON Bensin dengan Oktis-2 ini akurat atau tidak,” ujar Editor In Chief Otohub.co, Billy Riestianto dalam siaran resminya, Kamis (10/4).

Untuk proses pengujian berlangsung sekitar 2,5 jam, dengan dua unit alat Oktis-2 sebagai pembandingnya. Oktis-2 bekerja dengan mengukur sifat dielektrik dari bahan bakar yang kemudian dikorelasikan dengan nilai RON.

Sebagai informasi, alat ini mengikuti standar acuan pengukuran dari Rusia dan Eropa (PYC), yang secara umum masih selaras dengan standar RON seperti di Indonesia.

Namun pengukurannya berbeda dengan standar Amerika Serikat yang menggunakan AKI (Anti Knock Index), gabungan dari standar RON dan MON (Motor Octane Number).

Untuk verifikasi, sampel bahan bakar yang sama turut diuji di laboratorium independen menggunakan Coordinating Fuel Research (CFR) Engine, sesuai metode ASTM D2699.

Sementara pada prosesnya dilakukan oleh operator bersertifikat dengan peralatan yang digunakan telah dikalibrasi sebelumnya.

Dr. Tri memaparkan, hasil dari pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa perangkat Oktis-2 memiliki keterbatasan dalam hal kestabilan maupun akurasinya.

Meski pada beberapa sampel hasilnya konsisten (RON), pada beberapa lainnya justru menunjukkan nilai berbeda untuk bahan bakar yang sama.

“Alat ini tidak mencerminkan kondisi sebenarnya karena tidak ada proses pembakaran di ruang bakar mesin,” jelas Dr. Tri lebih lanjut.

“Definisi RON sesungguhnya adalah ketahanan bahan bakar terhadap detonasi di bawah tekanan dan suhu tinggi, yang hanya bisa diukur secara akurat dengan mesin CFR,” tambahnya. Berikut ini hasil dari masing-masing pengujian:

Previous articleLintas Shuttle Operasikan Foton eView Jadi Armada Terbaru
Next articleDua Ruas Tol Trans Sumatera Akan Bertarif, Hutama Karya Lakukan Sosialisasi